Selasa, 06 September 2011

DETROIT METAL CITY


Trailer


Cuplikan 
Soichi Negishi berangkat dari kampung halamannya di propinsi Oita pulau Kyushu (ujung selatan Jepang) diantar oleh emaknya untuk melanjutkan kuliah ke sebuah universitas di Tokyo. Soichi memilih Tokyo dengan pertimbangan meraih mimpinya menjadi pemusik lagu-lagu pop trendy yang manis di masa depan setelah lulus kuliah. Apa daya, kebanyakan orang menganggap lagu-lagu pop trendy karya Soichi hanyalah sampah. Cuma sedikit orang yang menghargai lagu-lagu karyanya, termasuk Aikawa cewek manis teman seangkatan Soichi di universitas. Setelah lulus dari universitas, Soichi memang tetap melanjutkan karir musiknya, hanya saja kali ini dia terjerumus menjadi vokalis band death metal bernama Detroit Metal City atau di singkat menjadi DMC dengan nama panggung Johannes Krausser II. Justru lagu-lagu metal karya Soichi sebagai Krauser II ini laku kayak kacang goreng dan ngetop ampun-ampunan. Apakah Soichi akan mengorbankan popularitas dirinya sebagai Johannes Krauser II demi meraih mimpi dengan musik pop trendy yang disukainya, atau yang terjadi justru Soichi menyerah demi ketenaran namanya sebagai Johannes Krauser II.
Seperti yang telah kuduga sebelumnya, humor-humor kasar dan brutal dari versi manga dan animenya bukan hanya dikurangi malah dihilangkan cukup banyak untuk menghindari kontroversi dan sensor pembatasan usia penonton. Tidak ada tokoh si masochist Nashimoto yang didalam manga/animenya berperan sebagai babi kapitalisme diatas panggung DMC dan termasuk juga adegan kurang senonoh lainnya. Selain itu juga adegan drama yang mendapatkan porsi sedikit didalam manga dan animenya mendapat jatah lumayan banyak dalam versi live action kali ini, termasuk adegan masa kuliah Soichi dan pulangnya Soichi ke kampung halamannya. Terus terang saja, adegan drama yang diusung, ceritanya sangat klise tapi untunglah tidak terlalu mengganggu isi film secara keseluruhan sehingga tak perlu di seriusi (namanya juga komikal). Ada beberapa perubahan pada latar belakang Soichi dalam film ini yaitu peran emaknya Soichi cukup memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan tokoh Soichi serta surprise dengan munculnya anggota keluarga Soichi yang lain.
Satu hal yang aku syukuri dari sutradara film ini. Toshio Lee tidak berusaha membuat film komedi serius atau komedi satir terlebih lagi komedi slaptick biasa, suatu hal yang aku khawatirkan akan merusak imajinasi manga/animenya. Justru Toshio Lee mengarahkan film ini ke arah film komedi yang kental dengan nuansa mirip anime. Banyak sekali humor-humor aneh dan tidak masuk akal didalam film sehingga sangatlah tepat keputusan Toshio Lee membuat komedinya dengan gaya komikal, pas dengan jiwa manga/anime yang diadaptasi. Humor slapticknya sendiri pun dibikin oleh sutradaranya dengan gaya komikal juga. Ditambah lagi dengan akting keren Kenichi Matsuyama sebagai Soichi/Krauser II dengan permainan ekspresi wajah bagaikan tokoh manga (jadi ingat Jim Carrey) benar-benar membuatku kagum pada totalitas Matsuyama, asal tahu saja kalau seluruh lagu yang dibawakan oleh tokoh Soichi dan Krauser II di nyanyikan sendiri oleh Matsuyama. Memang sudah seharusnya Toshio Lee berterima kasih kepada kualitas seorang Matsuyama yang memberikan hawa manga dalam film dan menghidupkan karakterisasi musisi dalam diri Soichi dan alteregonya Krauser II.
Karakter utama manga lainnya yang muncul tidak terlalu berkesan seperti halnya akting Kenichi Matsuyama, paling cuma tokoh Aikawa yang dibawakan Rosa Kato yang agak terlihat. Itu juga karena tampang cakep dan kawai (cute) Rosa Kato yang memang enak dipandang. Gene Simmons yang muncul sebagai bintang tamu memainkan peran si legenda death metal Amerika Jack Lil Dark secara biasa-biasa saja. Justru yang mencuri perhatian adalah peran 3 aktor numpang lewat sebagai ultra fans DMC yang suka nyeletuk sembarangan dengan kata-kata gokil. Dedikasi sampai mati masuk neraka para fans berat DMC ini benar-benar bikin aku ketawa terpingkal-pingkal.
Lagu-lagu yang menghiasi film dari genre death metal hingga pop easy listening juga cukup enak buat didengar kuping siapapun. Yang agak menggangguku mungkin dialog antara Soichi dengan keluarganya yang menggunakan dialek Hita-ben dari pulau Kyushu yang tidak kupahami (maklumlah aku nonton tanpa teks terjemahan). Akhir kata, versi live action Detroit Metal City ini kuanggap sukses menghibur para penonton termasuk yang belum pernah membaca manga ataupun melihat versi animenya. Bagi yang pernah baca manga, tidak perlu takut kecewa karena walaupun adegan lelucon parahnya telah hilang, jiwa manganya sendiri masih cukup kental
[http://yusahrizal.wordpress.com/2009/02/23/detroit-metal-city-adaptasi-manga-yang-komikal/] dengan Perubahan seperlunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar